Amerika Serikat Presiden Trump mengkritik keputusan pemangkasan suku bunga terbaru Federal Reserve secara keras saat pertemuan meja bundar di Gedung Putih, menyatakan bahwa penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin terlalu kecil, dan seharusnya “setidaknya dua kali lipat” menjadi 50 basis poin. Trump langsung menuduh Ketua Fed Powell sebagai “orang yang stereotipik”, menyebut bahwa skala penurunan suku bunga yang disetujui terlalu kecil dan terlalu lambat. Ia juga mengungkapkan rencananya untuk mewawancarai sebelum hari itu juga anggota Dewan Federal Reserve, Waller, yang merupakan kandidat utama pengganti Powell bersama Kepala Dewan Ekonomi Nasional Hasset.
Tekanan Trump Meningkat: Dari Isyarat ke Serangan Terbuka
Sejak awal masa jabatan kedua Trump, Ketua Fed Powell telah menjadi sasaran kritik utamanya. Trump menganggap Federal Reserve terlalu lambat dalam menurunkan suku bunga, yang menghambat kinerja ekonomi. Namun, kritik terbuka di pertemuan meja bundar di Gedung Putih ini merupakan salah satu serangan paling langsung dan tajam Trump terhadap Powell. Menyebut Ketua Fed sebagai “orang yang stereotipik” sangat jarang dalam tradisi politik Amerika, karena biasanya presiden menghindari langsung mencela pemimpin lembaga independen.
Inti ketidakpuasan Trump adalah mengenai besaran dan waktu penurunan suku bunga. Ia berpendapat bahwa penurunan 25 basis poin “terlalu kecil”, dan seharusnya minimal dua kali lipat menjadi 50 basis poin. Usulan ini sejalan dengan posisi anggota dovish di internal Fed, Miran, yang pada rapat FOMC hari itu secara voting mendukung penurunan suku bunga sebanyak 50 basis poin sekaligus. Pernyataan terbuka Trump ini sebenarnya mendukung kekuatan dovish di internal Fed, berusaha mempengaruhi arah kebijakan moneter melalui tekanan politik.
Dalam pertemuan tersebut, Trump juga mengeluh bahwa Fed selama ini lebih suka menaikkan suku bunga saat data ekonomi kuat—yang menurutnya “menghambat pertumbuhan”. Ia berkata: “Kita harus kembali ke masa lalu: saat kita mengumumkan data yang bagus, itu tidak berarti kita harus menaikkan suku bunga dan mencoba memadamkan (pertumbuhan).” Logika ini bertentangan dengan teori kebijakan moneter tradisional, yang biasanya menaikkan suku bunga saat ekonomi overheating untuk mencegah inflasi, dan menurunkan saat ekonomi lemah untuk merangsang permintaan. Trump menginginkan “pelonggaran satu arah”, yaitu menurunkan suku bunga atau menjaga tetap rendah tanpa memperhatikan kondisi ekonomi.
Selama ini, Trump terus mendesak Fed untuk menurunkan suku bunga secara lebih besar demi mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Ia kembali mengkritik Powell dalam pidatonya, menunjukkan bahwa tekanan ini tidak hanya berlanjut tetapi juga meningkat. Trump juga mengungkapkan rencananya untuk mewawancarai anggota Dewan Fed, Waller, sebelum hari itu, yang merupakan bentuk tekanan terhadap ketua saat ini dan sebagai sinyal bahwa “waktumu tidak banyak lagi, saya sedang mencari pengganti.”
Powell Melawan Balik yang Jarang Terjadi: Tarif Impor Adalah Penyebab Inflasi
Menanggapi serangan terbuka Trump, Powell melakukan balasan yang jarang terjadi saat konferensi pers, meskipun kata-katanya tetap hati-hati, namun secara jelas menuding kebijakan perdagangan Gedung Putih. Powell menyatakan bahwa penurunan suku bunga kali ini merupakan “pilihan yang sangat dekat (close call)”, tetapi memberikan ruang bagi Fed untuk “mengamati bagaimana ekonomi berkembang” ke depan.
Lebih tajam lagi, Powell secara langsung menyalahkan sebagian tekanan inflasi kepada kebijakan tarif pemerintahan Trump: “Angka-angka ini lebih tinggi dari awal tahun, inflasi barang meningkat, mencerminkan dampak tarif.” Ia menunjukkan bahwa dua indikator inflasi utama naik terkait tarif, yang menyebabkan tingkat inflasi nasional “agak tinggi”. Pernyataan langsung menyalahkan Gedung Putih ini sangat jarang dalam sejarah Fed.
Logika Powell sangat jelas: Trump mengkritik Fed karena menurunkan suku bunga terlalu sedikit, padahal justru kebijakan tarif Trump telah menekan inflasi dan membatasi ruang bagi penurunan suku bunga. Jika Fed menurunkan suku bunga secara besar-besaran saat tekanan inflasi masih ada, hal itu berisiko memicu ekspektasi inflasi yang tidak terkendali, sehingga akhirnya perlu menaikkan suku bunga secara lebih agresif untuk mengoreksi, yang akan lebih merugikan ekonomi. Balasan yang menyatakan “kebijakan Anda menyebabkan saya tak bisa memenuhi permintaan Anda” ini menunjukkan usaha bank sentral menjaga independensinya di bawah tekanan politik.
Tiga Perbedaan Inti antara Trump dan Powell
Besaran Penurunan Suku Bunga: Trump mendorong minimal 50 basis poin, Powell tetap pada 25 basis poin secara bertahap
Tanggung Jawab Inflasi: Trump menganggap penurunan terlalu lambat, Powell menyatakan tarif impor menaikkan harga dan membatasi ruang penurunan suku bunga
Independensi Kebijakan: Trump mendesak agar kebijakan mengikuti pertumbuhan ekonomi, Powell menegaskan pengambilan keputusan berdasarkan data dan independen
Pertentangan terbuka ini bukan pertama kalinya dalam sejarah AS. Pada masa jabatan pertama Trump, ia juga beberapa kali mengkritik Powell dan bahkan mengancam untuk memberhentikan. Namun, regulasi Federal Reserve memperlihatkan bahwa presiden tidak punya kekuasaan untuk memecat ketua secara langsung karena perbedaan kebijakan, hanya bisa menunggu masa jabatannya berakhir dan tidak memperpanjang masa kerja. Sistem ini dirancang untuk melindungi independensi bank sentral agar kebijakan moneter tidak dipolitisasi.
Perpecahan Internal Fed dan Masa Depan Ketua Baru
Pada hari itu, Federal Reserve mengumumkan penurunan suku bunga federal fund sebesar 25 basis poin menjadi 3,5% hingga 3,75%, ini adalah kali ketiga mereka menurunkan suku bunga tahun ini. Namun, keputusan ini disetujui dengan suara 9 lawan 3, di tengah perpecahan yang meningkat di dalamnya, mencatat jumlah suara terbanyak menentang sejak 2019. Dua pejabat hawkish ingin mempertahankan tingkat suku bunga, sementara anggota dovish Miran mendukung penurunan 50 basis poin sekaligus, sehingga penurunan 25 basis poin menjadi solusi tengah dari pertarungan internal.
Perpecahan internal ini memberi bahan bakar bagi kritik Trump. Ia dapat menunjukkan bahwa bahkan di internal Fed ada yang mendukung penurunan lebih besar, membuktikan bahwa usulnya tidak sepenuhnya tidak masuk akal. Waller, yang akan diwawancarai Trump dan pernah menjadi anggota Dewan Fed saat krisis finansial 2008, memiliki pengalaman krisis dan sikap kebijakan yang relatif dovish. Jika Waller yang terpilih, kebijakan Fed kemungkinan akan lebih mendekati harapan Trump.
Namun, pergantian orang tidak menyelesaikan akar permasalahan. Masalah inflasi yang dipicu tarif tetap ada. Jika Trump terus mendorong kebijakan tarif, maka setiap calon ketua Fed akan menghadapi dilema yang sama: menurunkan suku bunga akan memperburuk inflasi, dan tidak menurunkan akan dikritik presiden. Akar permasalahan kebijakan ini adalah Trump yang secara bersamaan mendorong “suku bunga rendah” dan “tarif tinggi”, dua hal yang saling bertentangan secara efek ekonomi.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Trump marah besar atas penurunan suku bunga Jerome Powell yang terlalu kecil! Federal Reserve sebaiknya menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin
Amerika Serikat Presiden Trump mengkritik keputusan pemangkasan suku bunga terbaru Federal Reserve secara keras saat pertemuan meja bundar di Gedung Putih, menyatakan bahwa penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin terlalu kecil, dan seharusnya “setidaknya dua kali lipat” menjadi 50 basis poin. Trump langsung menuduh Ketua Fed Powell sebagai “orang yang stereotipik”, menyebut bahwa skala penurunan suku bunga yang disetujui terlalu kecil dan terlalu lambat. Ia juga mengungkapkan rencananya untuk mewawancarai sebelum hari itu juga anggota Dewan Federal Reserve, Waller, yang merupakan kandidat utama pengganti Powell bersama Kepala Dewan Ekonomi Nasional Hasset.
Tekanan Trump Meningkat: Dari Isyarat ke Serangan Terbuka
Sejak awal masa jabatan kedua Trump, Ketua Fed Powell telah menjadi sasaran kritik utamanya. Trump menganggap Federal Reserve terlalu lambat dalam menurunkan suku bunga, yang menghambat kinerja ekonomi. Namun, kritik terbuka di pertemuan meja bundar di Gedung Putih ini merupakan salah satu serangan paling langsung dan tajam Trump terhadap Powell. Menyebut Ketua Fed sebagai “orang yang stereotipik” sangat jarang dalam tradisi politik Amerika, karena biasanya presiden menghindari langsung mencela pemimpin lembaga independen.
Inti ketidakpuasan Trump adalah mengenai besaran dan waktu penurunan suku bunga. Ia berpendapat bahwa penurunan 25 basis poin “terlalu kecil”, dan seharusnya minimal dua kali lipat menjadi 50 basis poin. Usulan ini sejalan dengan posisi anggota dovish di internal Fed, Miran, yang pada rapat FOMC hari itu secara voting mendukung penurunan suku bunga sebanyak 50 basis poin sekaligus. Pernyataan terbuka Trump ini sebenarnya mendukung kekuatan dovish di internal Fed, berusaha mempengaruhi arah kebijakan moneter melalui tekanan politik.
Dalam pertemuan tersebut, Trump juga mengeluh bahwa Fed selama ini lebih suka menaikkan suku bunga saat data ekonomi kuat—yang menurutnya “menghambat pertumbuhan”. Ia berkata: “Kita harus kembali ke masa lalu: saat kita mengumumkan data yang bagus, itu tidak berarti kita harus menaikkan suku bunga dan mencoba memadamkan (pertumbuhan).” Logika ini bertentangan dengan teori kebijakan moneter tradisional, yang biasanya menaikkan suku bunga saat ekonomi overheating untuk mencegah inflasi, dan menurunkan saat ekonomi lemah untuk merangsang permintaan. Trump menginginkan “pelonggaran satu arah”, yaitu menurunkan suku bunga atau menjaga tetap rendah tanpa memperhatikan kondisi ekonomi.
Selama ini, Trump terus mendesak Fed untuk menurunkan suku bunga secara lebih besar demi mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Ia kembali mengkritik Powell dalam pidatonya, menunjukkan bahwa tekanan ini tidak hanya berlanjut tetapi juga meningkat. Trump juga mengungkapkan rencananya untuk mewawancarai anggota Dewan Fed, Waller, sebelum hari itu, yang merupakan bentuk tekanan terhadap ketua saat ini dan sebagai sinyal bahwa “waktumu tidak banyak lagi, saya sedang mencari pengganti.”
Powell Melawan Balik yang Jarang Terjadi: Tarif Impor Adalah Penyebab Inflasi
Menanggapi serangan terbuka Trump, Powell melakukan balasan yang jarang terjadi saat konferensi pers, meskipun kata-katanya tetap hati-hati, namun secara jelas menuding kebijakan perdagangan Gedung Putih. Powell menyatakan bahwa penurunan suku bunga kali ini merupakan “pilihan yang sangat dekat (close call)”, tetapi memberikan ruang bagi Fed untuk “mengamati bagaimana ekonomi berkembang” ke depan.
Lebih tajam lagi, Powell secara langsung menyalahkan sebagian tekanan inflasi kepada kebijakan tarif pemerintahan Trump: “Angka-angka ini lebih tinggi dari awal tahun, inflasi barang meningkat, mencerminkan dampak tarif.” Ia menunjukkan bahwa dua indikator inflasi utama naik terkait tarif, yang menyebabkan tingkat inflasi nasional “agak tinggi”. Pernyataan langsung menyalahkan Gedung Putih ini sangat jarang dalam sejarah Fed.
Logika Powell sangat jelas: Trump mengkritik Fed karena menurunkan suku bunga terlalu sedikit, padahal justru kebijakan tarif Trump telah menekan inflasi dan membatasi ruang bagi penurunan suku bunga. Jika Fed menurunkan suku bunga secara besar-besaran saat tekanan inflasi masih ada, hal itu berisiko memicu ekspektasi inflasi yang tidak terkendali, sehingga akhirnya perlu menaikkan suku bunga secara lebih agresif untuk mengoreksi, yang akan lebih merugikan ekonomi. Balasan yang menyatakan “kebijakan Anda menyebabkan saya tak bisa memenuhi permintaan Anda” ini menunjukkan usaha bank sentral menjaga independensinya di bawah tekanan politik.
Tiga Perbedaan Inti antara Trump dan Powell
Besaran Penurunan Suku Bunga: Trump mendorong minimal 50 basis poin, Powell tetap pada 25 basis poin secara bertahap
Tanggung Jawab Inflasi: Trump menganggap penurunan terlalu lambat, Powell menyatakan tarif impor menaikkan harga dan membatasi ruang penurunan suku bunga
Independensi Kebijakan: Trump mendesak agar kebijakan mengikuti pertumbuhan ekonomi, Powell menegaskan pengambilan keputusan berdasarkan data dan independen
Pertentangan terbuka ini bukan pertama kalinya dalam sejarah AS. Pada masa jabatan pertama Trump, ia juga beberapa kali mengkritik Powell dan bahkan mengancam untuk memberhentikan. Namun, regulasi Federal Reserve memperlihatkan bahwa presiden tidak punya kekuasaan untuk memecat ketua secara langsung karena perbedaan kebijakan, hanya bisa menunggu masa jabatannya berakhir dan tidak memperpanjang masa kerja. Sistem ini dirancang untuk melindungi independensi bank sentral agar kebijakan moneter tidak dipolitisasi.
Perpecahan Internal Fed dan Masa Depan Ketua Baru
Pada hari itu, Federal Reserve mengumumkan penurunan suku bunga federal fund sebesar 25 basis poin menjadi 3,5% hingga 3,75%, ini adalah kali ketiga mereka menurunkan suku bunga tahun ini. Namun, keputusan ini disetujui dengan suara 9 lawan 3, di tengah perpecahan yang meningkat di dalamnya, mencatat jumlah suara terbanyak menentang sejak 2019. Dua pejabat hawkish ingin mempertahankan tingkat suku bunga, sementara anggota dovish Miran mendukung penurunan 50 basis poin sekaligus, sehingga penurunan 25 basis poin menjadi solusi tengah dari pertarungan internal.
Perpecahan internal ini memberi bahan bakar bagi kritik Trump. Ia dapat menunjukkan bahwa bahkan di internal Fed ada yang mendukung penurunan lebih besar, membuktikan bahwa usulnya tidak sepenuhnya tidak masuk akal. Waller, yang akan diwawancarai Trump dan pernah menjadi anggota Dewan Fed saat krisis finansial 2008, memiliki pengalaman krisis dan sikap kebijakan yang relatif dovish. Jika Waller yang terpilih, kebijakan Fed kemungkinan akan lebih mendekati harapan Trump.
Namun, pergantian orang tidak menyelesaikan akar permasalahan. Masalah inflasi yang dipicu tarif tetap ada. Jika Trump terus mendorong kebijakan tarif, maka setiap calon ketua Fed akan menghadapi dilema yang sama: menurunkan suku bunga akan memperburuk inflasi, dan tidak menurunkan akan dikritik presiden. Akar permasalahan kebijakan ini adalah Trump yang secara bersamaan mendorong “suku bunga rendah” dan “tarif tinggi”, dua hal yang saling bertentangan secara efek ekonomi.