Ketika Penutupan Masa Lalu Berakhir, Bitcoin Melonjak 96% dan 157%

• Akhir dari penutupan pemerintah AS dan usulan Trump sebesar $2.000 “dividen tarif” dapat menyuntikkan likuiditas, meningkatkan potensi terobosan Bitcoin.
• Secara historis, BTC menguat 96% dan 157% setelah penutupan pemerintah sebelumnya, menunjukkan bahwa pengeluaran fiskal yang diperbarui mungkin dapat menghidupkan kembali siklus bullish.
• Stimulus fiskal dan meredanya ketakutan inflasi dapat memicu pergeseran risiko, menempatkan Bitcoin untuk fase ekspansi pasar berikutnya.

Setelah 41 hari penutupan sebagian pemerintah, Amerika Serikat mungkin segera dibuka kembali. Pada saat yang sama, Presiden Donald Trump mengumumkan rencana “dividen tarif” — manfaat sebesar $2.000 untuk setiap warga Amerika — yang dilihat sebagai sinyal stimulus fiskal yang kuat.

Dua perkembangan ini telah memicu spekulasi investor: Apakah investor mendorong Bitcoin menuju terobosan baru saat likuiditas kembali ke ekonomi AS?

Akhir Penutupan Pemerintah AS: Likuiditas Siap Kembali ke Pasar? {#h-us-government-shutdown-ends-liquidity-set-to-return-to-the-market}

Menurut jurnalis Nick Sortor di X, Resolusi Berkelanjutan disahkan di Senat dengan suara 60:40. Keputusan ini membuka jalan untuk mengakhiri penutupan pemerintah selama 41 hari, terlama dalam sejarah terbaru.

Namun, RUU ini masih memerlukan persetujuan akhir dari Dewan Perwakilan Rakyat dan tanda tangan Presiden sebelum resmi berlaku. Proses ini bisa selesai dalam beberapa hari ke depan. Data prediksi Polymarket menunjukkan bahwa lebih dari 90% investor yakin bahwa penutupan pemerintah AS akan resmi berakhir minggu ini. Probabilitas pemerintah AS mengakhiri penutupan. Sumber: Polymarket

Berita tentang pembukaan kembali pemerintah mulai menyebar di media sosial awal minggu ini, mengangkat harga saham AS, emas, perak, dan Bitcoin (BTC) lebih tinggi.

“Berita bahwa penutupan pemerintah akan berakhir membuat kontrak berjangka saham, emas, perak, dan Bitcoin menguat. Kesepakatan ini berarti Washington kembali beraktivitas seperti biasa. Defisit dan inflasi akan meningkat, dan investor akan terus mencari alternatif terhadap dolar AS yang melemah,” komentar ekonom Peter Schiff.

Secara historis, Bitcoin bereaksi kuat setelah penutupan pemerintah AS sebelumnya berakhir. Menurut sebuah posting yang dibagikan di X, Bitcoin melonjak 96% dan 157% setelah resolusi serupa pada Februari 2018 dan Januari 2019. Dampak Berakhirnya Penutupan Pemerintah AS terhadap Harga BTC. Sumber: X

Namun, perlu dicatat bahwa reli Bitcoin sebelumnya mungkin bertepatan dengan pemulihan pasar yang lebih luas daripada disebabkan semata-mata oleh berakhirnya penutupan. Selain itu, meskipun sejarah berulang, kenaikan harga seperti itu biasanya tertinggal beberapa minggu di tengah kondisi makroekonomi yang berubah.

Meskipun RUU tersebut belum ditandatangani menjadi undang-undang, persetujuan Senat sudah memberikan sinyal psikologis positif ke pasar. Ekspektasi likuiditas yang kembali dapat mendorong investor beralih ke aset risiko seperti Bitcoin. Dalam jangka pendek, BTC mungkin mempertahankan momentum kenaikannya jika langkah legislatif akhir selesai. Ini berpotensi memicu gelombang “risiko-on” yang lebih luas di pasar global.

“Dividen Tarif”: Stimulus Fiskal Baru Trump dan Dampaknya terhadap Bitcoin {#h-tariff-dividend-trump-s-new-fiscal-stimulus-and-its-impact-on-bitcoin}

Tepat sebelum proses pembukaan kembali dimulai, Presiden Donald Trump mengungkapkan “dividen tarif”, sebuah pembayaran sebesar $2.000 untuk setiap warga Amerika. Ia juga memperkenalkan beberapa proposal keuangan menarik, termasuk pinjaman hipotek 50 tahun, pembayaran asuransi langsung, dan pemotongan subsidi untuk perusahaan asuransi. Langkah ini menunjukkan komitmen kuat untuk memperluas pengeluaran fiskal pada tahun 2026.

Jika diimplementasikan, “dividen tarif” dapat menyuntikkan ratusan miliar dolar ke dalam ekonomi, menciptakan efek spillover di pasar keuangan dan kripto.

Namun, seperti yang dicatat oleh Ian Miles Cheong, mengutip penasihat keuangan Scott Bessent, “dividen tarif” mungkin bukan pembayaran tunai langsung. Sebaliknya, bisa berupa pengurangan pajak atau kebijakan “tanpa pajak atas tip”.

Terlepas dari bentuknya, ini tetap merupakan langkah stimulus fiskal potensial yang dapat meningkatkan likuiditas. Ini dapat memperkuat pengeluaran konsumen, yang menguntungkan Bitcoin.

Bitcoin: Titik Balik atau Jerat Bull Sebelum Gelombang Berikutnya? {#h-bitcoin-a-turning-point-or-a-bull-trap-before-the-next-wave}

Latar belakang makro saat ini mencerminkan setup sebelum reli Bitcoin yang kuat di tahun 2020. Bitcoin sekali lagi muncul sebagai aset berkarakter ganda, baik sebagai penyimpan nilai maupun investasi berisiko tinggi dengan potensi imbal hasil tinggi.

Saat ini, Bitcoin berada di ujung antara terobosan bullish dan jerat bear potensial. Jika langkah-langkah fiskal baru diimplementasikan sepenuhnya dan likuiditas benar-benar kembali ke sistem, BTC bisa menandai awal dari siklus pertumbuhan baru. Sebaliknya, jika kebijakan mengalami penundaan atau implementasi yang diperkecil, Bitcoin mungkin mengalami fase koreksi jangka pendek. Ini bisa memicu fase akumulasi kembali sebelum pertumbuhan jangka panjang berlanjut.

Saat ini, harga BTC tetap cukup stabil di sekitar $105.300, meskipun tekanan jual yang meningkat lebih dari 1.300% karena dompet jangka pendek membanjiri bursa. Dalam analisis lain, siklus likuiditas 65 bulan mendekati puncaknya di Q1-Q2 2026. Ini menunjukkan koreksi 15-20% pada Bitcoin karena valuasi yang terlalu panas, meskipun waktunya masih belum pasti.