Belakangan komunitas kembali heboh—rencana tata kelola yang sudah lama dipersiapkan oleh DEX terkemuka akhirnya resmi diumumkan.

Kejadian ini seperti ini: 100 juta token tata kelola akan dihancurkan secara permanen, yang setara dengan menguapkan langsung token yang beredar; sekaligus, mekanisme "pembagian pendapatan" yang sudah lama dinantikan juga akan resmi diluncurkan.

Pertama, mari bahas logika penghancuran tersebut. Total pasokan 1 miliar token, dengan langsung membakar 100 juta, maka tersisa 900 juta secara alami menjadi langka. Bayangkan aset Anda terdilusi sepuluh persen, setiap bagian kepemilikan yang tersisa akan meningkat nilainya. Pemegang token secara teori akan mendapatkan daya beli yang lebih kuat—asalkan protokol ini sendiri berjalan cukup baik.

Selanjutnya adalah soal peralihan biaya. Dulu, biaya transaksi yang dihasilkan oleh DEX hampir seluruhnya dialirkan ke penyedia likuiditas; sekarang berbeda, sebagian biaya mulai didistribusikan kepada pemegang token. Dengan kata lain, Anda tidak hanya memegang token untuk apresiasi nilai, tetapi juga secara berkala mendapatkan dividen dari pendapatan nyata protokol. Ini seperti saham, memiliki potensi pertumbuhan sekaligus penghasilan dari kepemilikan.

Dua perubahan ini secara sederhana adalah "peningkatan model ekonomi". Dari sebelumnya yang bergantung pada insentif penambangan untuk menarik pengguna, kini beralih ke strategi "deflasi + distribusi arus kas"—mengalihkan fokus dari tren jangka pendek ke nilai jangka panjang yang terkumpul.

Apa manfaatnya bagi protokol itu sendiri? Pemegang token lebih cenderung mengunci aset mereka dalam jangka panjang, fondasi likuiditas menjadi lebih kokoh; pengguna ekosistem juga secara alami akan lebih setia—bagaimanapun, siapa yang akan menolak peluang menunggu kenaikan harga token sekaligus mendapatkan pendapatan dari protokol?