Investor ritel terus membuat kesalahan yang sama. Mereka membeli saat harga tinggi. Menjual saat harga rendah. Mereka bertahan pada yang kalah dan dump yang menang terlalu cepat. 🚀
Daniel Kahneman, orang Nobel itu, agak menemukan ini. Beberapa investor menang dengan bersabar dengan waktu. Lainnya dengan mengikuti pemain besar. Tapi Kahneman? Dia menyarankan sesuatu yang berbeda: berteman dengan psikologi.
Dia memenangkan Hadiah Nobel di bidang Ekonomi pada tahun 2002. Psikolog pertama yang melakukannya. Ini adalah hal yang cukup besar. Dia menantang semua teori ekonomi canggih tentang "manusia ekonomi rasional." Ternyata otak kita, bukan hanya kondisi pasar, yang mengacaukan keputusan keuangan kita.
Tiga Jebakan Psikologis Berinvestasi
1. Aversion Terhadap Kerugian 📉
Karya Kahneman menunjukkan kerugian menyakitkan 2,5 kali lebih banyak daripada keuntungan yang terasa baik. Masuk akal.
Kami terburu-buru menjual pemenang ketika mereka sedikit turun
Kita berpegang pada pecundang selamanya. Berharap. Menunggu.
Buffett mengatakan sesuatu yang cerdas pada tahun 1987: "Jika Anda menemukan diri Anda dalam lubang, berhentilah menggali." Dia juga memiliki kalimat terkenal tentang ketakutan ketika orang lain serakah. Pria itu tahu banyak hal.
2. Efek Kepastian 💎
Ketika diberikan pilihan, kami menyukai jaminan. Hal-hal yang pasti. Tapi balikkan—ketika menghadapi kerugian tertentu? Kami berjudi.
Ini menjelaskan banyak hal:
Orang biasa masuk setelah berita baik muncul
Lembaga besar seringkali menjual tepat saat itu
Kabar buruk membuat investor ritel panik sementara institusi membeli saham
3. Efek Refleksi 🔄
Kerugian mengubah kita. Kita menjadi penjudi. Kahneman memperhatikan sesuatu yang aneh—menghadapi kerugian 30% membuat investor 200% lebih mungkin untuk "rata-rata turun." Siklus buruk.
Aturan "sembilan putaran" tampaknya penting. Sembilan hari penurunan berturut-turut, dan investor ritel berpikir, "pasti akan bangkit kembali sekarang!" Biasanya tidak.
Contoh Newton
Bahkan jenius super pun terjebak. Isaac Newton, yang berteman dengan ilmuwan Mitchell dan Duillier, kehilangan tabungannya di saham. Orang itu bisa menghitung gerakan planet tetapi tidak bisa memahami keserakahan manusia. Siapa yang tahu. 🌕
Beberapa penelitian otak dari Cambridge membantu menjelaskan mengapa. Kerugian yang berulang menutup otak rasional kita sambil meningkatkan pusat emosional hingga 300%. Tidak heran kita menyerah tepat sebelum pasar berbalik.
Mengatasi Bias Psikologis
Ada Dana Medali ini. 66% pengembalian tahunan selama lebih dari 30 tahun. Menghasilkan 80% selama kekacauan 2008. Rahasia mereka? Model matematika. Tidak ada emosi yang diizinkan.
Seperti yang dikatakan Kahneman, "Kita tidak dapat menghilangkan bias kognitif, tetapi kita dapat merancang sistem untuk membuat kesalahan menjadi mahal." Bukan pemikiran yang buruk. 🔥
Kesuksesan investasi bukan tentang mengalahkan pasar. Ini tentang mengalahkan diri sendiri.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Mengapa Investor Ritel Selalu Rugi di Pasar Keuangan: Psikologi di Balik Keputusan Investasi yang Buruk
Investor ritel terus membuat kesalahan yang sama. Mereka membeli saat harga tinggi. Menjual saat harga rendah. Mereka bertahan pada yang kalah dan dump yang menang terlalu cepat. 🚀
Daniel Kahneman, orang Nobel itu, agak menemukan ini. Beberapa investor menang dengan bersabar dengan waktu. Lainnya dengan mengikuti pemain besar. Tapi Kahneman? Dia menyarankan sesuatu yang berbeda: berteman dengan psikologi.
Dia memenangkan Hadiah Nobel di bidang Ekonomi pada tahun 2002. Psikolog pertama yang melakukannya. Ini adalah hal yang cukup besar. Dia menantang semua teori ekonomi canggih tentang "manusia ekonomi rasional." Ternyata otak kita, bukan hanya kondisi pasar, yang mengacaukan keputusan keuangan kita.
Tiga Jebakan Psikologis Berinvestasi
1. Aversion Terhadap Kerugian 📉
Karya Kahneman menunjukkan kerugian menyakitkan 2,5 kali lebih banyak daripada keuntungan yang terasa baik. Masuk akal.
Buffett mengatakan sesuatu yang cerdas pada tahun 1987: "Jika Anda menemukan diri Anda dalam lubang, berhentilah menggali." Dia juga memiliki kalimat terkenal tentang ketakutan ketika orang lain serakah. Pria itu tahu banyak hal.
2. Efek Kepastian 💎
Ketika diberikan pilihan, kami menyukai jaminan. Hal-hal yang pasti. Tapi balikkan—ketika menghadapi kerugian tertentu? Kami berjudi.
Ini menjelaskan banyak hal:
3. Efek Refleksi 🔄
Kerugian mengubah kita. Kita menjadi penjudi. Kahneman memperhatikan sesuatu yang aneh—menghadapi kerugian 30% membuat investor 200% lebih mungkin untuk "rata-rata turun." Siklus buruk.
Aturan "sembilan putaran" tampaknya penting. Sembilan hari penurunan berturut-turut, dan investor ritel berpikir, "pasti akan bangkit kembali sekarang!" Biasanya tidak.
Contoh Newton
Bahkan jenius super pun terjebak. Isaac Newton, yang berteman dengan ilmuwan Mitchell dan Duillier, kehilangan tabungannya di saham. Orang itu bisa menghitung gerakan planet tetapi tidak bisa memahami keserakahan manusia. Siapa yang tahu. 🌕
Beberapa penelitian otak dari Cambridge membantu menjelaskan mengapa. Kerugian yang berulang menutup otak rasional kita sambil meningkatkan pusat emosional hingga 300%. Tidak heran kita menyerah tepat sebelum pasar berbalik.
Mengatasi Bias Psikologis
Ada Dana Medali ini. 66% pengembalian tahunan selama lebih dari 30 tahun. Menghasilkan 80% selama kekacauan 2008. Rahasia mereka? Model matematika. Tidak ada emosi yang diizinkan.
Seperti yang dikatakan Kahneman, "Kita tidak dapat menghilangkan bias kognitif, tetapi kita dapat merancang sistem untuk membuat kesalahan menjadi mahal." Bukan pemikiran yang buruk. 🔥
Kesuksesan investasi bukan tentang mengalahkan pasar. Ini tentang mengalahkan diri sendiri.