
Dead Cat Bounce merupakan fenomena yang kerap terjadi di pasar keuangan, khususnya di pasar cryptocurrency. Istilah ini berasal dari slang Wall Street, yang menyatakan bahwa bahkan seekor kucing mati pun akan memantul jika dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Dalam pasar cryptocurrency maupun pasar keuangan tradisional, "dead cat bounce" merujuk pada pemulihan harga aset secara sementara setelah penurunan besar, namun pemulihan ini biasanya tidak berkelanjutan, sehingga harga kembali melanjutkan tren penurunan. Pola ini sering muncul dalam kondisi pasar bearish, di mana investor keliru menafsirkan pemulihan harga sementara sebagai sinyal pembalikan tren, padahal sebenarnya fenomena tersebut hanya bagian sementara dari tren penurunan yang sedang berlangsung.
"Dead cat bounce" memiliki beberapa karakteristik penting dalam analisis grafik pasar:
Di pasar cryptocurrency, "dead cat bounce" cenderung lebih sering muncul dan lebih jelas karena likuiditas rendah serta volatilitas tinggi. Bitcoin telah mengalami pola ini berkali-kali sepanjang sejarahnya, terutama selama pasar bearish pada tahun 2018 dan 2022.
Fenomena "dead cat bounce" memiliki sejumlah dampak penting bagi pasar cryptocurrency:
Dampak pada investor ritel: Banyak investor pemula yang belum memahami siklus pasar mudah tertipu oleh rebound sementara ini, sehingga mereka mengira harga sudah mencapai level terendah dan meningkatkan posisi pada waktu yang tidak tepat, akhirnya menanggung kerugian lebih besar.
Peluang trading: Bagi trader berpengalaman, pola "dead cat bounce" dapat menjadi peluang trading jangka pendek dengan melakukan "jual pendek" di puncak rebound untuk memperoleh profit.
Dampak psikologis: Pelaku pasar cenderung menafsirkan pergerakan harga berdasarkan bias masing-masing. "Dead cat bounce" memberi harapan sementara bagi mereka yang masih memegang aset, namun juga memperpanjang proses menerima kenyataan bahwa pasar sedang berada dalam tren bearish.
Peliputan media: Kenaikan harga singkat kerap menarik perhatian media, sehingga memperkuat fenomena ini dan kadang menyesatkan publik terkait kondisi pasar yang sebenarnya.
Mengidentifikasi dan mengantisipasi "dead cat bounce" menimbulkan berbagai risiko dan tantangan:
Risiko salah identifikasi: Membedakan antara pembalikan tren yang nyata dan "dead cat bounce" sangat sulit, bahkan trader profesional pun sering keliru. Hal ini lebih menonjol di pasar cryptocurrency yang sangat volatil dan di mana indikator teknikal kadang kurang dapat diandalkan.
Sifat emosional: "Dead cat bounce" umumnya dipicu oleh fluktuasi emosi jangka pendek atau faktor teknikal (misal "penutupan posisi jual pendek" atau "short-covering"), bukan oleh perbaikan fundamental, sehingga durasi dan ketinggiannya sulit diprediksi.
Perangkap leverage: Trading dengan leverage tinggi saat rebound sangat berisiko dan dapat menyebabkan kerugian besar. Banyak bursa kripto menawarkan leverage hingga 100x, sehingga risiko semakin meningkat.
Masalah likuiditas: Pada periode sentimen pasar yang rendah, likuiditas biasanya terbatas, sehingga sulit masuk atau keluar pasar dengan cepat, terutama pada aset kripto berkapitalisasi kecil.
Kejadian "dead cat bounce" mengingatkan investor agar tetap rasional dan tidak tergesa-gesa masuk kembali ke pasar yang sedang turun, melainkan menunggu sinyal pembalikan yang lebih jelas dan perbaikan fundamental.
Pemahaman tentang siklus pasar dan pola perilaku sangat penting dalam investasi cryptocurrency. "Dead cat bounce" menunjukkan volatilitas ekstrem di pasar kripto, dan dengan mewaspadai pola ini, investor dapat membangun strategi investasi yang lebih tangguh untuk menghindari kerugian selama pasar bearish. Meski perilaku pasar jangka pendek sulit diprediksi, menguasai pola seperti ini dapat membantu investor mengambil keputusan lebih bijak dalam jangka panjang, terutama dengan menjaga ketenangan dan penilaian objektif saat sentimen pasar sangat pesimis.
Bagikan


