Halo

Lagu Britney Spears menggema di setiap radio, film The Matrix membuat kita mempertanyakan realitas, dan remaja di seluruh dunia membakar CD untuk merangkai mixtape mereka sendiri. Internet masih berjalan lambat, diakses melalui suara dial-up yang khas, namun mulai meresap ke kehidupan sehari-hari. Itulah era akhir 1990-an.

Mesin pencari sudah tersedia, namun tampilannya berantakan dan kurang efisien. Yahoo menawarkan direktori mirip Yellow Pages. AltaVista dan Lycos menyajikan daftar link panjang tanpa urutan jelas, meski dengan kecepatan memadai. Mencari informasi yang dibutuhkan sering kali menjadi pekerjaan besar.

Lalu hadir layar putih dengan kotak sederhana dan dua tombol—Google Search dan “I’m Feeling Lucky.” Orang mencobanya sekali, lalu enggan beralih.

Batas Waktu TOKEN2049 Origins Telah Tiba!

Ingin berpartisipasi di hackathon paling bergengsi TOKEN2049? Segera lakukan pendaftaran!

Batas pendaftaran akan segera berakhir.

Inilah kesempatan Anda untuk membangun gelombang berikutnya dalam dunia crypto, langsung di lokasi utama TOKEN2049 di Singapura.

• 160 developer terbaik
• 40 tim
• Akses penuh ke TOKEN2049 Singapore
• Pembimbing dari ETHGlobal, GCR, Draper University, Alchemy, dan AltLayer
• Total hadiah USD50.000 dari Draper University
• Merchandise, makanan & minuman gratis, serta manfaat lainnya

TOKEN2049 Origins akan mempertemukan coder terbaik dunia dalam hackathon selama 36 jam (30 September – 2 Oktober). Setiap tim terdiri dari 4 orang yang akan mengembangkan ide hingga menjadi produk jadi.

Daftar Sekarang!

Itulah keunggulan pertama Google. Dampaknya? Karya Larry Page dan Sergey Brin menjadikan ‘Google’ identik dengan aktivitas pencarian. “Lupa teori fisika? Google saja.” “Ingin belajar mengikat dasi sempurna? Coba Google caranya.”

Dalam semalam, mencari fakta, menemukan bisnis, bahkan belajar coding menjadi kebiasaan baru.

Perusahaan ini mengulangi pola suksesnya lewat Gmail, Android, dan Cloud. Setiap kali, Google mengambil sesuatu yang berantakan, lalu menghadirkan solusi yang sederhana dan sangat andal.

Di setiap bidang yang didominasi saat ini, Google tidak menjadi pelopor, namun segera memimpin kategori. Gmail bukan layanan email pertama, tetapi menawarkan kapasitas penyimpanan besar ketika pesaing masih membatasi dalam megabyte. Android bukan sistem operasi mobile pertama, namun menjadi fondasi ponsel terjangkau di seluruh dunia. Mereka yang menolak akhirnya lenyap secara perlahan. Masih ingat Nokia?

Cloud bukan solusi hosting pertama, namun menawarkan keandalan yang membuat startup dan bank mempercayakan bisnis mereka di sana.

Di tiap kategori ini, Google mengubah sistem yang kacau menjadi infrastruktur standar.

Itulah kisah tiga dekade terakhir. Kini, Google sedang melakukan langkah yang terkesan paradoks.

Google tengah membangun inovasi berbasis teknologi yang sebelumnya dianggap ancaman bagi raksasa IT—yaitu blockchain. Dengan native layer-1 blockchain, Google berupaya menciptakan infrastruktur bernilai seperti yang sudah dilakukan untuk informasi selama ini.

Melalui Google Cloud Universal Ledger, perusahaan menawarkan institusi keuangan blockchain Layer 1 yang “berperforma tinggi, kredibel netral, dan mendukung smart contract berbasis Python.”

Lembaga seperti CME Group—bursa derivatif terbesar dunia—telah memanfaatkan chain ini untuk mengeksplorasi tokenisasi dan pembayaran, menurut Rich Widmann, Head of Strategy Web3 di Google.

@RichWidmann

Mengapa membangun blockchain internal saat ini?

Sebab sistem perputaran uang membutuhkan pembaruan.

Stablecoin telah memproses lebih dari $5 triliun transaksi sepanjang 2024, melampaui volume tahunan PayPal sebesar $1,68 triliun dan hanya kalah dari volume pembayaran tahunan Visa ($13,2 triliun).

@VisaOnChain

Namun pembayaran lintas negara masih memerlukan waktu berhari-hari, biaya dua digit persen, dan bergantung pada sistem lama. Ketidakefisienan settlement diperkirakan menguras $2,8 triliun per tahun pada 2030 jika tidak ada pembaruan, tulis The Economist.

Google ingin memulai dari stablecoin dan melangkah lebih jauh. “Stablecoin hanyalah awalan. Peluang nyata terletak pada tokenisasi aset dunia nyata secara luas dan membangun aplikasi keuangan terprogram berbasis infrastruktur terbuka,” tulis Google di blognya.

Ledger ini adalah blockchain berizin (permissioned). Setiap peserta wajib melakukan verifikasi KYC. Smart contract ditulis dalam Python, bahasa yang umum digunakan insinyur keuangan. Akses melalui satu API yang terintegrasi dengan layanan Google Cloud yang sudah ada.

Industri masih skeptis terhadap klaim “infrastruktur netral.” Tak heran jika muncul reaksi penolakan saat raksasa teknologi yang selama ini memusatkan kontrol data, kini menawarkan blockchain yang netral.

Apa keunikan Google selain skala? Widmann optimistis platform ini akan menjadi fondasi bagi institusi keuangan lain untuk membangun. “Tether takkan menggunakan blockchain Circle—dan Adyen juga mungkin tak memakai Stripe. Tapi institusi keuangan mana pun dapat membangun dengan GCUL.”

Stripe’s Tempo akan bergantung pada merchant Stripe. Circle’s Arc didesain khusus untuk USDC. Google menawarkan satu keunggulan: tidak memiliki bisnis pembayaran atau stablecoin yang bersaing, sehingga infrastruktur yang dibangun dapat diadopsi lebih luas.

@RichWidmann

Google sekali lagi bukan pelopor di kategori ini. Sejumlah korporasi lain sudah membangun blockchain mereka sendiri.

Libra milik Meta (d/h Facebook), yang berganti nama jadi Diem, sempat menjanjikan stablecoin global namun batal diluncurkan. Regulator bertindak cepat, memperingatkan proyek tersebut bisa mengancam kedaulatan moneter. Pada Januari 2022, asetnya dijual.

Corda milik R3 dan Hyperledger Fabric dari IBM membangun platform kredibel, tapi gagal berkembang di luar konsorsium terbatas. Seluruhnya permissioned chain yang bermanfaat bagi sponsor, namun gagal mengadopsi industri secara luas dan akhirnya terisolasi.

Baca juga: Tren Blockchain DIY

Kita belajar bahwa jaringan gagal jika semua merasa satu perusahaan menguasai protokol. Inilah tantangan bagi Google.

Mitra GCUL pertama, CME Group, memperlihatkan arah pengembangan layanan. Jika Universal Ledger dapat menangani transaksi harian derivatif terbesar dunia, skalanya berpotensi meningkatkan adopsi lebih luas dan memperkuat argumen desentralisasi.

Google Cloud sudah digunakan bank, fintech, dan bursa. Bagi mereka, menghubungkan ke Universal Ledger lewat API terasa hanya menambah layanan, bukan migrasi platform. Google punya sumber daya untuk mendukung proyek yang ditinggalkan konsorsium kecil akibat keterbatasan anggaran. Bagi institusi yang sudah terintegrasi di ekosistem Google, adopsi terasa lebih efisien ketimbang membangun dari awal.

Bagi pengguna ritel, dampaknya terasa secara halus. Anda tak perlu login ke aplikasi Universal Ledger, namun tetap akan merasakan manfaatnya.

Bayangkan pengembalian dana yang biasanya berhari-hari, transfer internasional yang sering tertunda, dan keterlambatan yang sudah dianggap wajar. Jika Universal Ledger berjalan efektif, berbagai hambatan itu bisa hilang diam-diam.

Bahkan layanan harian bisa ikut berubah. Bayar beberapa sen untuk skip iklan YouTube daripada langganan bulanan YouTube Premium, membayar sepersekian dolar untuk tambahan permintaan Gemini, atau pembayaran real-time secara streaming untuk penyimpanan cloud. Internet yang sebelumnya didukung iklan bisa beralih diam-diam ke model bayar per penggunaan, memberi pengguna kebebasan memilih.

Untuk pertama kalinya, pengguna bisa memilih antara “memperdagangkan perhatian” atau membayar beberapa sen. Bisnis bisa bereksperimen dengan mikrotransaksi yang dulu mustahil pada sistem lama, seperti pembayaran streaming secara langsung untuk cloud storage atau pencarian premium on-demand. Model GCUL, jika sukses, akan menggeser pendapatan utama Google dari iklan (lebih dari 75% total revenue) menuju ekosistem berbasis transaksi yang lebih fleksibel.

Debat sentralisasi vs desentralisasi tetap membayangi.

Saya tidak melihat developer akan membangun aplikasi tanpa izin (permissionless) di atas GCUL. Tidak ada developer yang ingin membuat yield farming atau meluncurkan memecoin di sistem milik Google.

Institusi pengguna Google Cloud dan enterprise tools akan menjadi yang paling mungkin mengadopsi GCUL. Fokusnya spesifik dan pragmatis: memindahkan nilai di internet dengan hambatan minim, mengurangi beban rekonsiliasi, serta menyediakan infrastruktur keuangan tepercaya bagi bank dan institusi pembayaran.

Bahkan sebagai pengguna ritel, saya tidak ingat kapan sudah beralih ke Gmail. Gmail langsung identik dengan email, seperti Google menjadi sinonim pencarian web. Saya bahkan tidak tahu Google memiliki Android saat membeli ponsel Android pertama saya.

Jika Universal Ledger menjadi infrastruktur seamless, pengguna tak lagi memikirkan soal desentralisasi. Yang penting, sistemnya bekerja.

Tetap saja, risikonya nyata.

Google sudah akrab dengan pengawasan antitrust. Pengadilan AS pernah menyatakan Google mempertahankan monopoli di sektor search dan advertising. Membangun infrastruktur keuangan akan memperbesar sorotan regulator. Jatuhnya Libra membuktikan proyek bisa runtuh cepat jika bank sentral merasa kedaulatan terancam.

Saat ini, UCL Google masih berada di testnet. CME sudah bergabung. Mitra lain sedang dijajaki. Peluncuran luas dijadwalkan pada 2026. Saya tidak melihat ambisi ini salah tempat.

Google yakin bisa menjadikan perpindahan uang sebagai infrastruktur yang membosankan, andal, dan tak kasat mata seperti mengetik di kotak pencarian.

Kisah Google berawal dari halaman putih kosong dan kotak pencarian. Bab berikutnya mungkin adalah ledger yang tidak terlihat namun digunakan oleh semua orang.

Demikian ulasan mendalam minggu ini.

Sampai jumpa. Tetap semangat mencari tahu,

Prathik

Disclaimer:

1. Artikel ini merupakan reprint dari [TOKEN DISPATCH]. Seluruh hak cipta menjadi milik penulis asli [Prathik Desai]. Jika ada keberatan atas reprint ini, silakan hubungi tim Gate Learn, dan tim kami akan segera menindaklanjuti.
2. Disclaimer: Pandangan dan opini yang tertuang di artikel ini sepenuhnya milik penulis dan tidak merupakan nasihat investasi.
3. Terjemahan artikel ke bahasa lain dikerjakan oleh tim Gate Learn. Kecuali disebutkan, dilarang menyalin, mendistribusikan, atau menjiplak artikel terjemahan ini.